Jumat, 21 Januari 2011

Anak Ojek Payung Itu

Waktu itu selepas maghrib di sebuah stasiun hujan turun dengan derasnya, tetapi aku harus cepat sampai rumah ...
dari sebelah kiriku terbisik seorang anak kecil yang menawarkan payungnya dengan terlihat menggigil karena rasa dingin yang amat begitu hebat, dy berkata ..
" mba, payung mba .."
" iyah bole, tapi rumahnya jauh dari sini, gimana ? "
" iya ga apa apa ..." (masih terlihat menggigil)
seorang gadis itu pun mengambil payung yang ditawarkan, yang terlihat lebih besar dari si anak itu.
Dijalan anak itu bertanya ..
" dari mana mba ? " (sambil menahan dinginnya udara)
" pulang kuliah, sini-sini payungan bareng, kedinginan kan ? "
" ga ga apa apa udah biasa, mba ajah yang pake ntar kalau saya ikut payungan baju mba basah .... " (tersenyum malu)
" ga apa apa, emang udah basah dari tadi ko' udah sini payungan ... "
" udah ga apa apa mba, saya mah udah biasa ga apa apa ... "
" bener ni ? (memperjelas) "
anak itu hanya mengangguk sambil mencoba tersenyum dibawah guyuran hujan yang mengganggu .
si gadis mencoba mengobrol untuk mencairkan suasana ..
" kamu namanya siapa ? ko ngojek payung ?"
" andi, iyah mba buat bantu-bantu nenek sama buat makan ... "
" tinggal sama nenek ? emang orangtuanya kemana ? "
" bapak ga tau kemana, udah ditinggal sama bapak dari dulu, kalau ibu sudah meninggal 5 tahun yang lalu, , , bantu nenek kasian udah tua buat jalan ajah susah apalagi buat nyari duit ... " (dy menjawab dengan polosnya)
sejenak, hati si gadis itu tersentuh dengan cerita anak itu ,,, anak lelaki itu yang umurnya berkisar 9 - 10 tahun. Si gadis melanjutkan pembicaraannya ...
" iyah bener bantu nenek, kasian neneknya (berbicara terbata sambil menahan air mata) .. emang ga sekolah ? " sekolahnya pagi kalau siang sampe sore bantu nenek nyari duit ... " (memperjelas)
" emang dirumah tinggal nenek doang ? "
" ga, ada adit sodara juga, dy juga sekarang lagi ngojek payung di depan stasiun. " (masi d suasana dingin yang begitu hebat)
" terus kalau ga hujan kamu ga ngojek payung kan ?"
" hhe (tertawa kecil)... nggaklah mba paling jualan koran kalau ga bantuin diwarung buat nyuci piring "  (mencoba menjawab sambil kedinginan)
Batin si gadis itu pun langsung tersentak ketika anak itu bercerita.
" tapi nenek tau ga ni kamu kaya gini ? "
" ga, nenek taunya kalau saya setiap sore maen bola, kalau tau mah saya diomelin, soal'a ga boleh cari duit sama nenek kata nenek biar nenek ajah yang nyari .... "
" lah ko gtu ? kenapa musti maen bola " (sii gadis terlihat bingung)
" iyah soalnya dulu sebelum kakek meninggal, kakek pengen banget ngeliat saya sama adit (saudaranya) jadi pemain bola .... "
" terus kalau ngasih uang ke nenek bilangnya darimana ? "
" dari pelatih soalnya bisa masukin gol .. "
" kamu kalau ngojek payung biasanya sampai mana ? "
" mba si paling jauh .. " (berbicara sambil malu-malu)
" yah iya ? terus gimana dong ? "
" ya nggak apa apa kan nanti juga dibayar sama mba kan? "
" ya iyalah, emang kamu mau ga dibayar ? "
" yah kalau ga dibayar saya nggak bisa ngasih nenek dong ? "
Si gadis itu tersenyum. Perbincangan itu cukup membuat si gadis terbuka mata hatinya kalau memang hidup itu butuh perjuangan. Perbincangan yang panajng itu pun akan segera berakhir, si gadis terlihat memasuki sebuah rumah.
" berapa ni ndi ? "
" terserah mba ajah mau ngasih berapa ... "
" loh ko gitu ? " (bingung)
" iyah, abisnya kalau dipatokin suka pada nawar ... " (seakan kesal terhadap para pengguna ojek payung lain)
" yah jangan terserah dong kalau terserah dikasih seribu doang ni ...." (bercanda sii gadis)
" heheheee ..." (tersenyum lebar)
" ya sudah ini bayarannya ..." (mengambil uang senilai 20rb dari sakunya)
" yah ga ada kembalinya mba uang pas ajah .... "
" udah ga usah kembali itu buat kamu ajah, di kasih nenek yahh .... "
" iya mba saya bakalan kasih nenek, makasih banyak yah mba .... allhamdulillah " (terlihat amat senang)

ketika si gadis itu masuk ke dalam rumah, dia sambil berfikir betapa mubazirnya dia selama ini membuang uang hanya untuk bersenang-senang tetapi didekatnya ada yang lebih uang tersebut untuk hal yang lebih bermanfaat. memang penyesalan itu datangnya belakangan .

Sabtu, 01 Januari 2011

Tinta Baru di Tahun yang Baru

Perayaan tahun baru merupakan peristiwa terpenting diakhir tahun bagi masyarakat luas. Pada saat itu banyak orang berbondong-bondong pergi ke luar rumah untuk merayakan malam tahun baru bersama keluarga, sahabat, dan teman-teman. Perayaan tahun baru setiap tahunnya selalu ditunggu oleh masyarakat terutama para penjual pernak - pernik tahun baru seperti : petasan, terompet, kembang api, topi kerucut dengan berbagai warna yang ceria, namun para penjual areng, jagung manis, ikan, ayam pun tidak ingin ketinggalan untuk mengais rezeki yang dirayakan setahun sekali ini.
Begitu banyak persiapan dan rencana yang dirancang untuk perayaan tahun baru dengan orang yang mereka sayangi. Contohnya mengadakan acara bakar-bakar jagung/ikan/ayam, berpergian keluar kota bersama keluarga dan sahabat, atau hanya sekedar menyusuri jalan-jalan ibu kota dengan tingkat kemacetan yang sangat tinggi dan sampai akhirnya pada saat tepat pukul 00:00 mereka meniup terompet, menyalakan kembang api dijalan bersama para masyarakat yang tekena macet juga, tetapi ada yang hanya berdiam diri di rumah sambil menonton tv yang pada akhirnya sebelum teng pukul 00:00 mereka ketiduran.
Detik-detik pergantian tahun pun datang  HAPPY NEW YEAR 2011 !!
Kalimat itu serentak dikumandangkan oleh masyarakat luas bersama dengan nyaringnya bunyi terompet, indahnya pancaran kembang api serta doa / resolusi untuk tahun 2011. Semua itu sangat menyenangkan, kebersamaan yang timbul dan keceriaan yang terpancar jelas. Namun ada sebercik perasaan tak mau meninggalkan 2010 yang mungkin menjadi tahun yang sulit untuk dilupakan tetapi, waktu harus terus berjalan, detik demi detik pun harus terus berdetak seakan tak ada moment yang seharusnya waktu bisa dihentikan. Sambutlah tahun 2011 ini dengan catatan baru yang akan digoreskan dengan tinta warna-warni yang melukiskan setiap harimu di tahun 2011 ini.

SAY THANK YOU 2010 and WELCOME 2011 !